Saturday, February 23, 2019

550 KM MENUJU KESEJAHTERAAN


Ini adalah sepenggal cerita dari sisi satu orang guru honorer saat Hari Buruh 2018 lalu. Jika biasanya media hanya memberitakan mengenai keseluruhan demonstrasinya, ini adalah sedikit sisi lain dari 'buruh' yang turut berjuang menuntut kesejahteraan.

Waktu menunjukkan pukul 08.00, terik matahari mulai terasa menyengat ke tubuh. Namun, hal tersebut tidak memadamkan suara teriakan semangat dari ribuan orang agar dapat memperoleh kesejahteraannya. Tampak dari arah belakang Monas, mulai datang satu rombongan baru berseragam cokelat.

Rombongan tersebut merupakan rombongan guru honorer yang berasal dari Yogyakarta. Saat mereka sampai di daerah Patung Kuda Arjuna Wiwaha, terlihat dua orang laki-laki yang memegang spanduk rombongan disuruh oleh wanita berbaju hitam yang berperan sebagai koordinator lapangan yang berasal dari Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI) untuk bergabung ke barisan depan. Barisan tersebut akan berjalan menuju ke Istana Merdeka.

Tidak hanya satu wanita itu saja yang berperan sebagai koordinator lapangan, tampak pula dua orang wanita lainnya serta satu orang laki-laki di atas truk berteriak dengan lantang yang dibantu dengan toa untuk meneriakkan tuntutan para buruh Indonesia. Terlihat pula satu wanita yang tidak asing wajahnya di dunia pertelevisian Indonesia turut berdiri di sana, Rieke Diah Pitaloka yang terkenal sebagai aktivis buruh juga turut menyemangati suasana.

Hari itu, 1 Mei; merupakan hari sakral bagi mereka para buruh karena di saat itulah mereka menyuarakan aspirasi untuk memperoleh apa yang mereka harapkan kepada pemerintah. Penyuaraan tuntutan yang sudah dimulai sejak pukul enam pagi tersebut dihadiri 50.000 buruh dari berbagai kota di Indonesia seperti Serang, Yogyakarta, dan Maluku.

Terlihat banyak buruh membawa spanduk dengan tulisan-tulisan seperti “HAPUS OUTSOURCING”, “TOLAK UPAH MURAH”, “REVISI UU ASN”, dan masih banyak lagi. Sering terdengar teriakan dari korlap yang memanggil petani, pegawai negeri sipil (PNS) dan guru honorer, dan lainnya untuk menyemarakkan suasana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00, barisan yang sudah disiapkan sejak pagi mulai berjalan pelan dipandu oleh korlap yang berdiri di atas truk. Tidak ketinggalan, laki-laki berseragam cokelat tersebut dengan semangat mengikuti aksi long march tersebut. Tidak tampak raut wajah lelah dari laki-laki bernama Supardi ini.

Pardi, begitu sapaannya merupakan salah satu guru honorer yang berasal dari Yogyakarta. Ia telah bekerja selama 2,5 tahun dan dia berharap bahwa usahanya datang ke Jakarta sejak malam hari hingga subuh ini dapat terbayarkan dengan kesejahteraan dari pemerintah Indonesia.

Perjalanan diiringi dengan yel-yel serta permainan perkusi dari beberapa buruh membuat semarak sehingga orang-orang seakan lupa dengan teriknya panas matahari. Harapan menuju ke Istana Negara sempat terhambat karena aparat negara seperti Polri dan TNI menutup jalan di depan mintu masuk Monas sehingga korlap harus menghentikan truk di depan Radio Republik Indonesia (RRI) yang berada di dekat Monas.

Pardi dan kawan-kawan buruh lainnya duduk menunggu di jalanan selagi korlap hari buruh ini mencoba untuk bernegosasi dengan pihak kepolisian agar kawat duri yang dipasang dapat dibuka dan anggota polisi maupun TNI yang berdiri tegap menutup jalan dapat minggir.

Setelah beberapa waktu, jalanan dibuka hingga para buruh dapat melanjutkan perjalanan ke daerah Monas. Pardi dan buruh lainnya bergegas berdiri dan melanjutkan perjalanan, harapan laki-laki berusia 37 tahun itu masih dapat disampaikan kepada pemerintah Indonesia. Ia masih berharap perjalanan sepanjang 550 km-nya dapat menjadikan dia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) agar kesejahteraannya lebih terjamin.

Gaji yang didapatkan per bulan hanya kurang dari satu juta rupiah membuat lelaki yang memiliki dua anak ini cukup kesulitan untuk menghidupi keluarganya di Yogyakarta mengingat susu formula untuk anak juga cukup mahal. Pardi berharap dengan diangkatnya guru honorer menjadi PNS dapat memberikan kesejahteraan lebih karena gaji guru PNS terendah saja Rp 1.486.500,- dan belum termasuk tunjangan.

Tidak meningkatnya gaji guru honorer ini membuat Pardi berniat untuk jauh-jauh menempuh perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta agar presiden dapat tahu kesulitan yang dihadapi oleh buruh Indonesia. Namun, harapan seluruh buruh untuk dapat berjalan ke Istana Negara tidak dapat terpenuhi karena hanya salah satu pihak dari persatuan para buruh yang dapat melakukan aksi demonstrasi ini ke Istana Negara.

Pardi dan kawanan buruh lainnya yang memiliki berbagai pekerjaan yang berbeda seperti bidan, dosen, petani, kurir pos, dll yang tidak dapat ikut ke Istana Negara hanya dapat menunggu di sekitaran Monas sembari beristirahat dan makan siang dari beberapa jajanan yang dijajakkan oleh pedagang kaki lima (PKL) yang berada di lingkungan sekitar.

Meskipun mayoritas tidak dapat ikut ke Istana Negara, harapan para buruh di tahun 2018 seperti penurunan harga beras, listrik, & BBM; tolak upah murah dan cabut PP No. 78 tahun 2018; tolak tenaga kerja buruh kasar asal China dan hapus Perpres No. 20 tahun 2018 tentang TKA; serta hapus outsourcing dapat dikabulkan.

Pardi dan para buruh lainnya hanya berharap satu hal dari semua tuntuan tersebut, KESEJAHTERAAN.

SEMUA ORANG ADA WAKTU "MATI"-NYA


Mengeluh merupakan hal yang manusiawi jika sedang lelah menghadapi suatu hal. Biasanya, saat kita mulai jenuh, atau mulai tidak suka dalam mengerjakan satu hal, secara alamiah kita akan mengeluh.

Keluhan tiap orang berbeda-beda, begitu pula dengan cara mengekspresikannya. Ada orang yang memendamnya sendiri, ada yang mencari kesibukan untuk melupakan kelelahannya, ada juga yang ekspresif; menceritakan keluhan dan masalahnya pada orang lain. Semua hal tersebut tidak ada yang salah. Namun, satu hal yang patut diperhatikan adalah jika Anda merupakan orang yang suka menceritakan masalah Anda pada orang lain.

Mengapa hal tersebut harus diperhatikan? Karena SEMUA ORANG MEMILIKI WAKTU “MATI” MASING-MASING. Pernahkah Anda berpikir tentang ini? Jika belum, mungkin Anda boleh mulai memikirkannya sekarang.
Konotasi “mati” di sini adalah saat kita merasa masalah begitu menekan kita, membuat kita sangat lelah dan tidak bersemangat dalam hidup.

Jangan sampai Anda merasa bahwa masalah Anda adalah yang paling berat, Anda tidak pernah tahu masalah orang lain seperti apa. Anda juga tidak pernah tahu seberapa kuat iman dan ketabahan seseorang dalam menghadapi sesuatu.

Tanpa Anda sadari, jika Anda terlalu banyak mengeluh ke orang yang sama-sama sedang “mati” atau mengeluh seolah-olah masalah Anda paling berat sejagad raya, Anda bisa membuat seseorang terganggu. Namun, saya bukan mengatakan Anda tidak boleh berkeluh kesah dengan orang lain, hanya perlu tahu batasannya saja.

Semua orang pasti pernah mengalami titik terendah mereka, yang benar-benar membuat mereka berubah atau terpuruk. Masalah terdiri dari berbagai macam, mulai dari masalah yang ringan hingga berat. Namun, kita harus selalu ingat bahwa SEMUA MASALAH MEMILIKI JALAN KELUARNYA. Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan di luar batasan umat-Nya. Oleh karena itu, kita harus tetap kuat dan tetap bersyukur akan apa yang diberikan dalam hidup ini.

Seperti pada tulisan sebelumnya, everything happens for reasons. Jadi, segala masalah kita juga pasti ada alasannya, pasti ada pelajaran yang bisa dipetik nantinya. Tetap semangat dalam menghadapi setiap masalah, ceritakan pada temanmu; namun tahu batasan; dan yakinlah masalahmu pasti bisa selesai.

Wednesday, February 20, 2019

CAFE JADI MINAT USAHA ANAK MUDA


‘Nongkrong’ berjam-jam di café  sudah menjadi kebiasaan anak muda saat ini. Fenomena ini tentunya memberikan peluang usaha baru yaitu membuka café yang dapat ditempati sebagai tempat ‘nongkrong’ tersebut. Hal ini menarik minat entrepreneur muda untuk membuka usaha café.

Bisnis membuka café ini terus mengalami perkembangan signifikan, terutama di kota-kota besar. Saat ini tercatat sudah ada lebih dari 10.000 café  yang ada di Indonesia. Selain menjadi tempat ‘nongkrong’, café yang nyaman juga biasa dijadikan tempat rapat bagi pengusaha. Hal ini menjadikan bisnis café sebagai bisnis yang dapat menguntungkan.

Seiring pula dengan perkembangan anak muda yang menjadi entrepreneur, usaha café ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi mereka. Sebut saja beberapa pendiri café ini, WINC Collaborative Space & Café, Rick Fernando yang berusia 27 tahun, atau Kafe Markobar milik anak presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang mendirikan café tersebut saat berusia 20-an.

Perkembangan usaha café ini diprediksi akan terus meningkat karena kebiasaan ‘nongkrong’ anak muda saat ini seolah sudah menjadi lifestyle. Duduk berjam-jam untuk sekedar berbincang dengan teman, mahasiswa yang mengerjakan tugas, bahkan sebagai tempat rapat adalah hal yang lumrah yang dapat ditemukan di café hampir setiap harinya.

Lalu, mengapa café saat ini banyak didirikan oleh anak muda?

Melihat perubahan gaya hidup tersebut, tentunya dibutuhkan tempat yang nyaman untuk membuat orang betah duduk berjam-jam di situ. Desain interior yang nyaman serta estetik adalah salah satu faktor utama sebuah café banyak dikunjungi. Sesuai juga dengan konsumen yang ada, café yang didirikan harus memiliki nuansa yang cocok dengan anak muda.

Café yang ada saat ini juga akan dirasa kurang pas jika hanya menyediakan makanan atau minuman yang lezat. Biasanya, café menyediakan hal-hal lain seperti, jaringan Wi-Fi, collaborative room yang bisa digunakan untuk rapat atau bekerja, hingga permainan mulai dari permainan papan (board game) hingga permainan anak panah (dart). Hal-hal tersebut dapat dibilang hal yang terkenal di generasi milenial. Tentunya, hal-hal tersebut juga akan lebih mudah dimengerti serta diterapkan oleh anak muda karena mereka lebih paham tentang keinginan konsumen sesama anak muda.

Selain faktor di atas, biasanya café juga tidak jauh-jauh dari kata kopi, rata-rata banyak café yang menjadikan kopi sebagai menu andalan mereka. Kopi yang dibuat juga bukan kopi rumahan biasa, melainkan berbagai jenis kopi seperi espresso, latte, americano, dll yang merupakan kopi dari luar. Kopi jenis tersebut juga baru mulai ‘hits’ di era milenial sehingga sepertinya akan cukup sulit jika orang yang tidak mengalami era tersebut untuk memahami cita rasa maupun minat konsumen yang ada.

Beberapa di atas membuat banyak café yang ada saat ini lebih banyak didirikan oleh anak muda. Anak muda akan lebih mudah untuk menuangkan kreativitas serta pemikiran terhadap nuansa, pelayanan, dan fasilitas café yang cocok terhadap target konsumen yang ada.

Selain itu, dalam setiap usaha yang dibuat, pasti yang diharapkan adalah keuntungan finansial yang didapat. Dari sumber berita yang ada, pada edisi 2013-2018, total pendapatan sektor café diprediksi akan meningkat dari USD 3,4 miliar menjadi USD 4,16 miliar atau setara dengan Rp 5,834 triliun. Hal ini tentunya sangat menggiurkan bagi yang ingin memulai sebuah usaha.

Anak muda juga masih suka untuk meng-explore hal yang menurutnya potensial. Melihat segala perubahan gaya hidup, bisnis café ini memang cukup potensial untuk menghasilkan keuntungan yang berlimpah. Bisnis ini juga dapat dijadikan sebagai bisnis jangka panjang, apalagi jika kita mampu melakukan inovasi terus menerus sehingga semakin menarik minat konsumen, tidak hanya dari anak muda namun dari berbagai kalangan. Jadi, apa kalian tertarik untuk membuka bisnis café ini?

Tuesday, February 19, 2019

DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT


“Setiap orang memiliki talenta yang berbeda-beda, setiap manusia memiliki keunikan sendiri.” – itu adalah pepatah yang cukup terkenal dan memang benar adanya.

Mengapa saya bisa bilang benar? Karena saya merasakan hal itu sendiri.
Sedikit cerita, saya berasal dari sebuah kabupaten kecil di Kalimantan Barat. Lingkup pergaulan saya sejak kecil juga tidak luas; apalagi saya bersekolah di satu yayasan yang sama sejak SD hingga SMA. Sejak SD, saya dikenal sebagai anak yang cukup pintar dalam kelas terutama dalam kelas Bahasa Inggris dan Mandarin. Selain itu, dalam lingkup pertemanan di luar sekolah juga saya dikenal sebagai pribadi yang berani berbicara depan publik, aktif, dan kritis.

Saya menjadi siswi yang sering dipercaya teman hingga sekolah untuk melakukan kegiatan akademik seperti membantu teman belajar hingga ikut olimpiade dan debat. Saat SMA, saya mengikuti debat bahasa Inggris dan menjadi juara I.

Tidak bisa dipungkiri, dengan prestasi yang saya dapatkan membuat saya memiliki kepercayaan diri lebih. Saya merasa saya sudah menjadi anak yang pintar; tapi saya tetap sadar bahwa saya tidak boleh sombong.

Masa sekolah telah usai, saya memasuki fase kehidupan perkuliahan dimana saya merantau. Setelah merantau, banyak hal yang membuat saya terkejut. Mulai dari kepribadian orang-orang dan teman baru, gaya hidup, dan keahlian setiap orang yang berbeda-beda. Saat saya di sini, saya menemukan banyak orang seperti saya, atau bahkan lebih pintar dan kritis dari pada saya.

Hal ini membuat saya tersadar bahwa dunia luar sangat luas dan kita tidak boleh merasa terlalu bangga pada diri sendiri karena masih banyak orang yang ternyata kemampuannya lebih dari pada kita.

Pepatah “Di atas langit masih ada langit” adalah kalimat yang pas untuk hal ini. Kita boleh berbangga, tapi jangan sampai lupa diri. Jangan mudah puas, kita harus tetap belajar untuk mencapai our best. Jangan lupa pula untuk mengajarkan sesama karena dengan membagi ilmu ke orang lain; kita bisa mendapat tambahan ilmu untuk diri sendiri.

Monday, February 18, 2019

SELF LOVE


Pernah gak sih kamu merasa kamu itu orang yang gak berguna?
Pernah gak sih kamu merasa kamu itu orang yang bodoh karena melakukan kesalahan?
Pernah gak sih kamu merasa kamu itu orang yang gak pantas?
Pernah gak sih kamu merasa kamu orang yang paling gak beruntung di dunia ini?
Jika pernah, mungkin kamu kekurangan rasa self love.

Self love adalah kesadaran akan rasa cinta dan peduli pada diri sendiri karena menganggap diri kita sudah baik adanya dan pantas untuk mendapatkan sesuatu.
Self love tidak sama dengan over confident. Jangan sampai salah kaprah. Kamu akan disebut overconfident saat kamu merasa kamu yang paling benar, paling pantas, dan bahkan meremehkan orang lain.

Jangan merasa kamu akan ke-pede-an dan dihujat jika kamu melakukan self love.

Jika kamu merasa tidak berguna; kamu harus sadar bahwa kamu sudah berjuang, kamu sudah memberikan yang terbaik, dan kamu pantas mendapatkan kebahagiaan.

Jika kamu merasa kamu orang yang bodoh karena melakukan kesalahan; kamu harus sadar bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan, semua kesalahan juga pasti ada pembelajaran yang bisa dipetik sehingga kamu tidak perlu merasa bodoh.

Jika kamu merasa kamu itu orang yang gak pantas; kamu harus tahu bahwa semua orang punya kesempatan yang sama. Tidak ada yang lebih pantas dan tidak ada yang tidak pantas. Kamu sangat worth untuk mendapatkan kasih sayang dan cinta dari orang lain.

Jika kamu merasa kamu tidak beruntung; kamu harus tahu dan sadar bahwa masih banyak orang di luar sana yang sangat kekurangan, tidak bisa makan, minum, tidur, bersekolah. Ada juga yang kekurangan dalam hal fisik. Masih banyak yang lebih menderita dari kita. Oleh karena itu, kita harus bersyukur karena masih bisa merasakan kenyamanan dan kesempurnaan fisik tersebut. Satu hal yang tidak beruntung bukan berarti hidupmu buruk, itu hanya satu hari yang buruk sehingga kita bisa lebih bersyukur esok hari.

Yakinlah bahwa dirimu pantas dan sudah baik adanya sehingga tidak perlu merasa insecure pada diri sendiri.

Saturday, February 16, 2019

MERAUP UNTUNG DARI BOLA UBI

Jika mendengar kata “ubi”, mungkin Anda berpikir bahwa itu hanya sejenis umbi-umbian yang memiliki banyak nutrisi. Harga ubi yang cenderung relatif murah, yakni sekitar Rp 1.500,- hingga Rp 4.000,- per kilogram membuat ubi banyak diminati sebagai bahan makanan. Seiring perkembangan zaman, ubi dapat dijadikan berbagai macam makanan ringan seperti keripik hingga bola ubi. Namun, siapa sangka dari ubi ini kita bisa mendapatkan keuntungan hingga puluhan juta rupiah?

Bola ubi adalah salah satu jajanan dari Bandung yang sedang hits saat ini. Bola ubi adalah jajanan berbentuk bola-bola dengan bahan utama ubi dan kemudian digoreng hingga akan renyah saat dimakan. Tidak hanya di Bandung, jajanan yang mulai dikenal sejak 2016 ini sudah berada di banyak kota di Indonesia. Salah satu usaha bola ubi yang terkenal adalah “BOBOBI, Bola-bola Ubi”.

Dimiliki oleh Rivaldo Tandra Pangesthio (23), Rio Pangesthio (24), dan Edwin Susanto (21), BOBOBI sudah memiliki lebih dari 50 franchise yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. Tidak hanya di Pulau Jawa, BOBOBI ini sudah melakukan ekspansi bisnis hingga ke Makassar, Pontianak, Banjarmasin, dan kota lainnya.

Usia muda tidak menghalangi niat mereka untuk memulai usaha sebagai entrepreneur makanan ini. Bermula dari keisengan berjalan-jalan ke Bandung, kemudian mencicipi jajanan bola ubi ini membuat mereka melihat peluang.

“Waktu itu liburan sih sama teman-teman ke Bandung, makan bola ubi dan enak kan. Nah, kepikiran ni di Jakarta belum ada. Kenapa kita enggak bawa ke Jakarta, pasti ramai,” ujar Edwin, saat ditemui di salah satu franchise BOBOBI di Alam Sutera.

Usaha yang dimulai pada April 2017 ini, membuat laki-laki kelahiran 14 November ini memiliki penghasilan sendiri sehingga bisa menambah uang jajan maupun untuk menabung. Mengeluarkan modal total Rp 15 juta untuk berjualan bola ubi ini, mengajarkan Edwin untuk bekerja lebih keras agar mampu meraup keuntungan yang banyak. Dari kerja kerasnya tersebut, terbukti sekarang omset yang didapatkan dari BOBOBI ini mampu mencapai Rp 20 juta per bulan.

“Awal-awal sampai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per bulan. Kalau sekarang sudah agak turun, jadi Rp 20 juta per bulan. Tapi pas lebaran, bisa sampai Rp 40 juta, sih,” ungkapnya.

Sebagai mahasiswa jurusan Public Relations (PR) di sebuah universitas di Tangerang, Edwin memanfaatkan ilmu yang didapatkan seperti marketing dan personal branding untuk membantunya memasarkan BOBOBI ini. Namun, ia mengakui bahwa dengan menjadi entrepreneur secara langsung bisa menambah relasi serta membuat dirinya mengetahui cara dunia kerja sesungguhnya. Branding, marketing, dan mencari karyawan adalah beberapa hal yang dia belajar secara langsung, tidak hanya dari teori saja.

Salah satu contoh nyata yang dilakukan Edwin untuk marketing adalah memberikan voucher gratis BOBOBI ini melalui media kampus tempat dia mengenyam pendidikan.

“Kalau kita kasih voucher gitu kan, kita dapet promosi dari media itu. Lalu, orang yang dapet voucher juga malah jadi ke tempat kita untuk beli. Bisa aja dia ramean datengnya, dan itu bisa bikin untung kan,” kata Edwin lagi.

Perjalanan tidak selalu mulus, usaha yang pertama mereka buka di Villa Pertama Karawaci ini membuat Edwin, dkk belajar untuk sabar serta memikirkan strategi yang cocok agar BOBOBI dapat dikenal banyak orang. Hal ini membuat waktu senggangnya sempat berkurang.

“Awal-awal kita harus handle kesini terus tiap malam. Lihat gimana perkembangannya.” kata Edwin lagi.

Edwin, Rivaldo, dan Rio memutuskan untuk membuka di Villa Permata karena Villa Permata adalah satu tempat yang khusus menjual makanan dan biasanya ramai untuk dikunjungi. Selain itu, mereka juga menyesuaikan lokasi usaha mereka dengan target konsumen mereka yakni anak muda. Di daerah yang mereka pilih, memang terdapat universitas sehingga cocok untuk menarik konsumen. Oleh karena itu, mereka melihat peluang yang cukup besar dan membukanya di situ.
Setelah usaha di Villa Permata sudah stabil, Edwin dan rekannya memutuskan untuk membuka cabang di Pasar Delapan, Alam Sutera dan Pasar Modern Paramount, Gading Serpong karena melihat peluang yang sama seperti di Villa Permata.

Selain itu, kesulitan terbesar juga sempat dirasakan saat beberapa franchise belum memiliki karyawan sehingga membuat Edwin harus terjun langsung ke lapangan untuk menjaga BOBOBI ini. Edwin mengaku saat bulan pertama dia berjualan, semua harus dikerjakan sendiri, mulai dari produksi seperti pembuatan hingga ke pemasarannya.

“Belanja bahan sendiri, bikin sendiri, ngejualin sendiri udah pernah dirasain pas pertama buka di Viper (singkatan dari Villa Permata). Capek sih waktu itu, cuma jadi banyak pengalaman,” ungkap laki-laki setinggi 180 cm ini.

Namun, semua usaha dan keringat Edwin dan rekannya telah terbayarkan karena dengan BOBOBI yang sudah berkembang ini, dia tidak perlu lagi untuk selalu memantau setiap hari karena sudah mampu merekrut karyawan. Keuangannya juga sudah lancar, terbukti dalam sebulan dia mampu meraup untung hingga jutaan rupiah.

Saat ini, BOBOBI “Bola-bola Ubi” juga telah memiliki struktur bisnis seperti struktur bisnis umumnya. Mereka sudah memiliki kantor sendiri dan sudah memiliki berbagai divisi yang dapat membantu mengatur berjalannya bisnis ini seperti bagian supervisi, marketing, keuangan, koki, pemasaran.

Harapan Edwin juga berharap agar BOBOBI dapat lebih mengekspansi bisnisnya lebih luas ke seluruh Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Edwin juga berpesan agar anak muda dapat lebih berani untuk ambil resiko dan mampu melihat peluang jika ingin menjadi entrepreneur.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah entrepreneur di Indonesia pada Oktober 2017 adalah 3,4 persen dari jumlah populasi penduduk. Hal ini berarti baru sekitar 8 juta penduduk yang berwirausaha. Padahal wirausaha adalah salah satu bisnis yang dapat tetap bertahan dan stabil saat terjadi krisis ekonomi.

Melihat peluang yang masih sangat luas, berwirausaha menjadi salah satu pilihan yang tepat jika ingin mencari pendapatan yang baik. Tidak ada salahnya untuk mencoba dengan melihat peluang yang ada.

Menjadi pengusaha terutama di usia muda memang tidak mudah. Edwin sendiri telah merasakannya, mulai dari waktu istirahat yang berkurang, mengolah bahan hingga jadi, menjual dan memasarkannya, mengontrol tempat jualan. Namun, terlepas dari kesulitan tersebut, terbukti bahwa dengan niat dan usaha yang keras, usia muda tidak menjadi penghalang bagi kita untuk menjadi orang yang sukses dan memiliki penghasilan sendiri, bahkan hingga puluhan juta rupiah.

Entrepreneur kan hal yang positif ya, jadi anak muda sebenarnya harus berani ambil resiko. Jangan melulu cari aman, kerja sama orang atau gak berani buka usaha. Berani cari peluang lah.” - Edwin Susanto, pemilik BOBOBI, Bola-bola Ubi.

SHAWN MENDES, WHEN TALENT AND LUCK MEETS

     “Cause I know I can treat you better than he can, and a girl you deserves a gentleman” adalah sepenggal lirik lagu yang cukup terkenal di kalangan millenial. bagaimana tidak, lagu berjudul Treat You Better tersebut memuncaki 10 besar tangga musik dunia (Billboard). Kesuksesan lagu tersebut tidak lepas dari sosok sang penyanyi.
    Berawal dari kegemarannya dalam bermusik, penyanyi yang lahir di Kanada ini mulai belajar bermain gitar pada 2012. Pada tahun 2013, dia mencoba menunjukkan bakatnya melalui sosial media Vine. Tak disangka-sangka, video cover lagu Justin Bieber berjudul “As Long As You Love Me” yang diunggahnya mendapatkan respon yang baik dari pengguna sosial media tersebut hingga bisa mendapatkan 10.000 tanda suka dan mulai mendapatkan banyak pengikut setelahnya. Tak butuh waktu lama, laki-laki yang lahir pada 8 Agustus 1998 ini menjadi musisi ketiga yang paling banyak diikuti di sosial media Vine.
    Berangkat dari kepopulerannya tersebut, manajer artis Andrew Gertler dan A&R Island Records melirik dan mengontrak dia untuk menjadi artis mereka pada awal tahun 2014. Shawn Peter Raul Mendes adalah nama lengkapnya. Tak perlu menunggu lama untuk mencapai kesuksesan, single pertama milik Shawn Mendes; begitu nama panggungnya, yang berjudul “Life at the Party” langsung menduduki peringkat kelima dalam tanggal musik di Kanada dan Amerika Serikat dan terjual 48.000 eksemplar. Debut di usia muda yakni 16 tahun, dia memenangkan penghargaan Teen Choice Award. Selain itu, penyanyi yang hobinya bermain sepak bola ini juga masuk dalam 25 besar “Most Influential Teens” oleh majalah TIME.
    Popularitasnya dalam kancah musik semakin melonjak pada tahun 2015, dengan full album pertamanya yang berjudul “Handwritten”, Shawn berhasil menjual 106.000 eksemplar dari 119.000 unit album yang dijualkan. Hal ini membuat Shawn Mendes menjadi artis termuda yang debut di nomor satu menggantikan Justin Bieber. Single ketiganya yang berjudul “Stitches” berada pada peringkat keempat di Billboard Amerika Serikat dan peringkat pertama pada tangga musik Britania Raya. Popularitasnya semakin meningkat saat dirinya melakukan duet dengan artis senior yang terkenal juga, yakni Camelia Cabello dari grup musik wanita Fifth Harmony dengan lagu “I Know What You Did Last Summer”.
    Sebagai musisi dunia, perjalanan Shawn Mendes dapat dibilang lancar. Dari tahun 2016 hingga 2018, lagu-lagu yang dirilisnya menjadi lagu yang terkenal dan memuncaki tangga lagu dunia. Sebut saja lagu yang liriknya tertulis di atas, Treat You Better berhasil menduduki 10 besar peringkat musik dunia dan disertifikasi tiga kali platinum. Pada 2016, Mendes juga melakukan 38 konser ke negara-negara di Amerika Utara dan Eropa. Lagu lainnya yang berjudul “Mercy”, “In My Blood”, dan “Lost in Japan” juga tak luput dari kesuksesan dan berhasil memuncaki tangga lagu dunia. Tak hanya itu, Shawn Mendes juga kerap melakukan konser tur dunia.
    Kiprahnya di dunia musik tidak perlu diragukan lagi, tapi ada sisi lain yang belum terkuak dari seorang Shawn Mendes. Akting dan modeling adalah kegiatan yang dilakukan Shawn selain menjadi penyanyi. Memiliki paras wajah yang tampan serta tubuh yang atletis, membuat Shawn dikontrak oleh agensi model Wilhelmina Model pada awal tahun 2016. Dia juga melakukan debut aktingnya di serial The 100. Shawn juga memiliki film dokumenter yang disutradarai oleh Casey Neistat yang berisikan wawancara serta persiapan dia saat melakukan tur dunia.
    Kesuksesannya sebagai artis tak menghilangkan jati diri Shawn sebagai seorang remaja biasa. Pada 2018, Shawn mengalami gangguan kesehatan mental dan harus mengikuti terapi untuk menyembuhkannya. Dilansir dari wawancaranya dengan Business Standard, Shawn menyatakan bahwa dia merasa takut dan gelisah untuk terbuka dengan banyak orang.
“Saya mendatangi terapis beberapa kali dan mendapatkan terapi yang cocok untuk saya seperti mendaki gunung, mendengarkan musik, berlari di atas treadmill, makan malam dan berkumpul bersama teman-teman. TItu adalah yang mengalihkanmu (dari kegelisahan) adalah terapi yang dapat menyembuhkanmu,” kata Shawn.
Kegelisahan ini akhirnya dia tuangkan di lagu berjudul “In My Blood”.
    Sisi lain yang dimiliki oleh penyanyi yang bisa memainkan piano ini juga adalah dia kerap melakukan aksi sosial. Pada tahun 2014, Shawn dan DoSomething.org melakukan kampanye “Notes from Shawn” yang bertujuan untuk menyemangati orang yang merasa kurang percaya diri, depresi, dan kesadaran atas menyakiti diri sendiri. Kampanye ini dilakukan selama tiga tahun berturut-turut. Shawn juga kerap berdonasi untuk korban bencana alam seperti yang terjadi pada gempa Mexico 2017 lalu, dia mendonasikan 100.000 dolar Amerika. Dia juga sering tampil di festival musik pencarian dana atau kampanye mengenai isu sosial seperti HIV/AIDS dan kanker payudara.
    Shawn juga sangat peduli pada dunia pendidikan, dapat dilihat dari upayanya untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan di negara-negara berkembang seperti di pembangunan sekolah Ghana, Afrika Selatan. Pada 2018 lalu, Mendes juga tampil di festival tahunan Global Citizen di New York dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya dan kurangnya akses pendidikan anak-anak di seluruh dunia, terutama wanita.
    Jauh dari kontroversi, karir yang gemilang, memiliki jiwa sosial membuat Shawn pantas dijadikan idola bagi anak muda. Bermula dari bukan siapa-siapa hingga saat ini mencapai berbagai prestasi gemilang, membuat kita sadar bahwa kita harus percaya diri akan talenta kita dan terus berikan yang terbaik agar bisa mencapai kesuksesan.

I think anyone can do anything they dream of if they put their mind to it and put in the work.” - Shawn Mendes

Friday, February 15, 2019

LOVED

Happy Valentine’s Day! (Maaf terlambat satu hari)

14 Februari diperingati sebagai Valentine’s day. Biasanya dikenal juga dengan hari kasih sayang.
Pada hari tersebut, orang-orang menyampaikan rasa kasih sayangnya kepada orang lain; biasa disertai dengan pemberian bunga dan cokelat sebagai bentuk nyata dari kasih sayang tersebut.

Pada Hari Kasih Sayang kemarin, saya mendapatkan banyak cokelat dan bunga dari orang-orang di sekitar saya. Jujur, saya tidak menduga akan mendapat sebanyak itu karena pada tahun lalu saya tidak mendapat begitu banyak cokelat. Hal itu membuat saya tidak menyiapkan apa-apa untuk Valentine ini.

Banyaknya bentuk kepedulian orang terhadap saya membuat saya tersadar bahwa selama ini saya dicintai oleh banyak orang. Masih banyak orang yang peduli dengan saya. Hal ini membuat saya berpikir bahwa satu orang yang menyakiti saya tidak sebanding dengan cinta yang saya dapatkan selama ini. Terkadang, kita memang terlalu fokus pada orang yang menyakiti dan tidak mencintai kita. Padahal, teman-teman kita, kerabat, hingga rekan kerja sangat peduli kepada kita. 

Saya juga tersadar bahwa jika kita memang melakukan semua kebaikan dengan hati yang tulus, pasti kita akan dicintai oleh banyak orang. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih pada mereka yang mengingat saya dan menganggap saya penting.

Intinya, satu pelajaran yang saya petik....

Masih banyak orang yang mencintai dan peduli dengan kita. Jadi, jika ada satu orang yang meninggalkan dan menyakiti kita, maka kita tidak akan rugi apapun, melainkan kita semakin tahu siapa yang akan selalu ada untuk kita.

Teruslah berbuat kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan kembali lagi ke kita. Tetap sebarkan rasa kasih sayang terutama kepada orang-orang terdekat kita. 

Wednesday, February 13, 2019

EVERYTHING HAPPENS FOR REASON

Kali ini, saya ingin bercerita sedikit mengenai masa kecil saya.
Saya merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Menjadi anak bungsu membuat saya menjadi anak yang paling dimanja. Saya menjadi anak yang pemalu, tidak berani tampil di depan umum, cengeng, selalu ingin menang sendiri. Namun, sebuah kejadian membuat kehidupan “anak bungsu” tersebut berputar 180 derajat.

Pada 2009 lalu, saya mengalami kejadian yang membuat saya sangat terpuruk. Saya kehilangan orang yang sangat saya sayangi, yaitu ayah saya. Saat itu, saya masih duduk di kelas 6 SD dan saya sudah menjadi anak yatim. Saya menangis sejadi-jadinya pada hari itu, tidak ada yang dapat menenangkan saya. Perasaan saya saat itu tidak bisa dideskripsikan, sosok lelaki yang selama ini saya lihat sebagai lelaki tertangguh, lelaki yang siap melindungi keluarganya dengan sepenuh hatinya, terbaring tak berdaya di kasur rumah sakit. Cukup lama bagi saya untuk menghilangkan rasa sedih saya tersebut.

Beranjak saat saya SMP, masa-masa remaja mulai mencari jati diri. Jujur, role model saya saat itu adalah kakak saya. Dulu, kakak saya adalah pribadi yang aktif dan berani. Oleh karena itu, saya mulai meneguhkan pendirian saya dan ingin menjadi pribadi yang lebih kuat. Saya berpikir bahwa saya tidak boleh selamanya terbelenggu dalam kesedihan dan tetap menjadi anak yang manja dan tidak bisa apa-apa. Saya mulai berani untuk lebih bersosialisasi, salah satunya dengan mengikuti OSIS. Motivasi saya adalah saya ingin menjadi pribadi yang lebih berguna untuk orang lain, tidak menjadi Novi yang pemalu dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ternyata saya kecanduan akan kehidupan berorganisasi ini dan berlanjut hingga kuliah karena saya merasa sangat nyaman dengan berorganisasi ini.

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dalam kehidupan beroganisasi ini. Saya menjadi lebih berani, dapat berpikir lebih kritis dan membantu memberikan solusi pada sebuah masalah, dan masih banyak lagi.

Dari cerita di atas, saya percaya bahwa everything happens for reason.
Jika saya tidak kehilangan ayah saya, mungkin saya masih akan menjadi anak yang manja dan tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi, buktinya sekarang saya menjadi orang yang aktif dalam dunia organisasi dan menjadi pribadi yang dapat diandalkan.

Segala sesuatu yang terjadi pada kehidupan kita pasti ada alasannya, mungkin memang terlihat buruk di awal – mungkin bisa sampai membuat terpuruk. Tapi, pasti akan ada pelajaran yang bisa kita petik dari hal tersebut. Pelajaran tersebut dapat membantu kita untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Jadi, jangan terpuruk terlalu lama jika something bad terjadi; sedih dan kecewa boleh karena itu adalah hal yang sangat manusiawi. Tapi ingat, pasti ada alasan di balik semua yang terjadi, maka jangan sampai putus asa dan terus optimis.

Semangat, kawan! :)

Tuesday, February 12, 2019

DON'T EXPECT TOO MUCH


Kata “ekspektasi” mungkin sudah lumrah kita dengar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspektasi memiliki arti harapan. Kata tersebut merupakan serapan dari kata dalam Bahasa Inggris, yaitu expectation.

Pada mulanya, ekspektasi adalah pondasi dari segala sesuatu. Dalam melakukan sebuah pekerjaan, pasti ada harapan yang ingin kita capai; baik itu harapan untuk diri kita sendiri, maupun untuk orang lain. Ekspektasi ini dirasa sebagai sesuatu yang harus didapatkan. Tentunya, ini merupakan hal yang baik untuk memacu kikta agar terus dapat memberikan yang terbaik. Misalnya saja, kita berekspektasi untuk mendapatkan nilai A saat ujian, maka dari itu kita harus belajar lebih giat untuk memenuhi ekspektasi tersebut.

Namun, segala sesuatu dihidup ini pasti memiliki dua sisi seperti koin. Ada sisi yang baik, ada pula sisi yang buruk, begitu pula dengan ekspektasi. Ekspektasi ini tidak selalu baik, ia bisa menjadi bumerang bagi pemiliknya. Pertanyaannya adalah...

KAPAN EKSPEKTASI MENJADI BURUK?

Ekspektasi akan menjadi buruk ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan tersebut. Apalagi jika kita sudah berharap terlalu banyak. Berbagai macam faktor bisa menjadi penghalang, mungkin memang dari diri kita sendiri yang kurang maksimal. Kekecewaan akan menjadi hasil akhir dari tidak terpenuhnya ekspektasi ini.

Kekecewaan ini akan menjadi semakin lebih buruk saat kita sudah memberikan yang terbaik, tapi orang lain atau lingkungan sekitar tidak mendukung dalam pemenuhannya. Kita merasa bahwa hanya kita sendiri yang berjuang, kita merasa semua yang telah kita lakukan adalah sebuah hal yang sia-sia. Di saat seperti ini, ekspektasi memakan semua keyakinan yang telah kita bangun selama ini.

Biasanya, dampak dari kekecewaan ini adalah emosi pada diri sendiri. Kita akan merasa kesal pada diri kita, mungkin sampai bertanya mengapa sejak awal diri ini membentuk ekspektasi? Pasti akan ada juga pemikiran, alangkah lebih baik kita tidak perlu lagi berekspektasi untuk apapun dan pada siapapun. Pikiran tersebut tidak salah, itu merupakan hal yang wajar sebagai sebuah luapan dari kekecewaan. 

Segala yang kurang tidak baik, begitu pula yang terlalu berlebihan juga tidak baik. Oleh karena itu, tetaplah berekspektasi dengan tahu batasannya, ekspektasi ini tetap harus ditanamkan dalam diri sebagai sebuah pondasi agar hidup kita memiliki goals dan dapat memberikan yang terbaik. – ya, setidaknya ekspektasi untuk diri sendiri dulu saja.