Saturday, February 16, 2019

MERAUP UNTUNG DARI BOLA UBI

Jika mendengar kata “ubi”, mungkin Anda berpikir bahwa itu hanya sejenis umbi-umbian yang memiliki banyak nutrisi. Harga ubi yang cenderung relatif murah, yakni sekitar Rp 1.500,- hingga Rp 4.000,- per kilogram membuat ubi banyak diminati sebagai bahan makanan. Seiring perkembangan zaman, ubi dapat dijadikan berbagai macam makanan ringan seperti keripik hingga bola ubi. Namun, siapa sangka dari ubi ini kita bisa mendapatkan keuntungan hingga puluhan juta rupiah?

Bola ubi adalah salah satu jajanan dari Bandung yang sedang hits saat ini. Bola ubi adalah jajanan berbentuk bola-bola dengan bahan utama ubi dan kemudian digoreng hingga akan renyah saat dimakan. Tidak hanya di Bandung, jajanan yang mulai dikenal sejak 2016 ini sudah berada di banyak kota di Indonesia. Salah satu usaha bola ubi yang terkenal adalah “BOBOBI, Bola-bola Ubi”.

Dimiliki oleh Rivaldo Tandra Pangesthio (23), Rio Pangesthio (24), dan Edwin Susanto (21), BOBOBI sudah memiliki lebih dari 50 franchise yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. Tidak hanya di Pulau Jawa, BOBOBI ini sudah melakukan ekspansi bisnis hingga ke Makassar, Pontianak, Banjarmasin, dan kota lainnya.

Usia muda tidak menghalangi niat mereka untuk memulai usaha sebagai entrepreneur makanan ini. Bermula dari keisengan berjalan-jalan ke Bandung, kemudian mencicipi jajanan bola ubi ini membuat mereka melihat peluang.

“Waktu itu liburan sih sama teman-teman ke Bandung, makan bola ubi dan enak kan. Nah, kepikiran ni di Jakarta belum ada. Kenapa kita enggak bawa ke Jakarta, pasti ramai,” ujar Edwin, saat ditemui di salah satu franchise BOBOBI di Alam Sutera.

Usaha yang dimulai pada April 2017 ini, membuat laki-laki kelahiran 14 November ini memiliki penghasilan sendiri sehingga bisa menambah uang jajan maupun untuk menabung. Mengeluarkan modal total Rp 15 juta untuk berjualan bola ubi ini, mengajarkan Edwin untuk bekerja lebih keras agar mampu meraup keuntungan yang banyak. Dari kerja kerasnya tersebut, terbukti sekarang omset yang didapatkan dari BOBOBI ini mampu mencapai Rp 20 juta per bulan.

“Awal-awal sampai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per bulan. Kalau sekarang sudah agak turun, jadi Rp 20 juta per bulan. Tapi pas lebaran, bisa sampai Rp 40 juta, sih,” ungkapnya.

Sebagai mahasiswa jurusan Public Relations (PR) di sebuah universitas di Tangerang, Edwin memanfaatkan ilmu yang didapatkan seperti marketing dan personal branding untuk membantunya memasarkan BOBOBI ini. Namun, ia mengakui bahwa dengan menjadi entrepreneur secara langsung bisa menambah relasi serta membuat dirinya mengetahui cara dunia kerja sesungguhnya. Branding, marketing, dan mencari karyawan adalah beberapa hal yang dia belajar secara langsung, tidak hanya dari teori saja.

Salah satu contoh nyata yang dilakukan Edwin untuk marketing adalah memberikan voucher gratis BOBOBI ini melalui media kampus tempat dia mengenyam pendidikan.

“Kalau kita kasih voucher gitu kan, kita dapet promosi dari media itu. Lalu, orang yang dapet voucher juga malah jadi ke tempat kita untuk beli. Bisa aja dia ramean datengnya, dan itu bisa bikin untung kan,” kata Edwin lagi.

Perjalanan tidak selalu mulus, usaha yang pertama mereka buka di Villa Pertama Karawaci ini membuat Edwin, dkk belajar untuk sabar serta memikirkan strategi yang cocok agar BOBOBI dapat dikenal banyak orang. Hal ini membuat waktu senggangnya sempat berkurang.

“Awal-awal kita harus handle kesini terus tiap malam. Lihat gimana perkembangannya.” kata Edwin lagi.

Edwin, Rivaldo, dan Rio memutuskan untuk membuka di Villa Permata karena Villa Permata adalah satu tempat yang khusus menjual makanan dan biasanya ramai untuk dikunjungi. Selain itu, mereka juga menyesuaikan lokasi usaha mereka dengan target konsumen mereka yakni anak muda. Di daerah yang mereka pilih, memang terdapat universitas sehingga cocok untuk menarik konsumen. Oleh karena itu, mereka melihat peluang yang cukup besar dan membukanya di situ.
Setelah usaha di Villa Permata sudah stabil, Edwin dan rekannya memutuskan untuk membuka cabang di Pasar Delapan, Alam Sutera dan Pasar Modern Paramount, Gading Serpong karena melihat peluang yang sama seperti di Villa Permata.

Selain itu, kesulitan terbesar juga sempat dirasakan saat beberapa franchise belum memiliki karyawan sehingga membuat Edwin harus terjun langsung ke lapangan untuk menjaga BOBOBI ini. Edwin mengaku saat bulan pertama dia berjualan, semua harus dikerjakan sendiri, mulai dari produksi seperti pembuatan hingga ke pemasarannya.

“Belanja bahan sendiri, bikin sendiri, ngejualin sendiri udah pernah dirasain pas pertama buka di Viper (singkatan dari Villa Permata). Capek sih waktu itu, cuma jadi banyak pengalaman,” ungkap laki-laki setinggi 180 cm ini.

Namun, semua usaha dan keringat Edwin dan rekannya telah terbayarkan karena dengan BOBOBI yang sudah berkembang ini, dia tidak perlu lagi untuk selalu memantau setiap hari karena sudah mampu merekrut karyawan. Keuangannya juga sudah lancar, terbukti dalam sebulan dia mampu meraup untung hingga jutaan rupiah.

Saat ini, BOBOBI “Bola-bola Ubi” juga telah memiliki struktur bisnis seperti struktur bisnis umumnya. Mereka sudah memiliki kantor sendiri dan sudah memiliki berbagai divisi yang dapat membantu mengatur berjalannya bisnis ini seperti bagian supervisi, marketing, keuangan, koki, pemasaran.

Harapan Edwin juga berharap agar BOBOBI dapat lebih mengekspansi bisnisnya lebih luas ke seluruh Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Edwin juga berpesan agar anak muda dapat lebih berani untuk ambil resiko dan mampu melihat peluang jika ingin menjadi entrepreneur.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah entrepreneur di Indonesia pada Oktober 2017 adalah 3,4 persen dari jumlah populasi penduduk. Hal ini berarti baru sekitar 8 juta penduduk yang berwirausaha. Padahal wirausaha adalah salah satu bisnis yang dapat tetap bertahan dan stabil saat terjadi krisis ekonomi.

Melihat peluang yang masih sangat luas, berwirausaha menjadi salah satu pilihan yang tepat jika ingin mencari pendapatan yang baik. Tidak ada salahnya untuk mencoba dengan melihat peluang yang ada.

Menjadi pengusaha terutama di usia muda memang tidak mudah. Edwin sendiri telah merasakannya, mulai dari waktu istirahat yang berkurang, mengolah bahan hingga jadi, menjual dan memasarkannya, mengontrol tempat jualan. Namun, terlepas dari kesulitan tersebut, terbukti bahwa dengan niat dan usaha yang keras, usia muda tidak menjadi penghalang bagi kita untuk menjadi orang yang sukses dan memiliki penghasilan sendiri, bahkan hingga puluhan juta rupiah.

Entrepreneur kan hal yang positif ya, jadi anak muda sebenarnya harus berani ambil resiko. Jangan melulu cari aman, kerja sama orang atau gak berani buka usaha. Berani cari peluang lah.” - Edwin Susanto, pemilik BOBOBI, Bola-bola Ubi.

No comments:

Post a Comment

What's your opinion?