Kata “ekspektasi” mungkin sudah
lumrah kita dengar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspektasi
memiliki arti harapan. Kata tersebut merupakan serapan dari kata dalam Bahasa
Inggris, yaitu expectation.
Pada mulanya, ekspektasi adalah
pondasi dari segala sesuatu. Dalam melakukan sebuah pekerjaan, pasti ada
harapan yang ingin kita capai; baik itu harapan untuk diri kita sendiri, maupun
untuk orang lain. Ekspektasi ini dirasa sebagai sesuatu yang harus didapatkan.
Tentunya, ini merupakan hal yang baik untuk memacu kikta agar terus dapat
memberikan yang terbaik. Misalnya saja, kita berekspektasi untuk mendapatkan
nilai A saat ujian, maka dari itu kita harus belajar lebih giat untuk memenuhi
ekspektasi tersebut.
Namun, segala sesuatu dihidup ini
pasti memiliki dua sisi seperti koin. Ada sisi yang baik, ada pula sisi yang
buruk, begitu pula dengan ekspektasi. Ekspektasi ini tidak selalu baik, ia bisa
menjadi bumerang bagi pemiliknya. Pertanyaannya adalah...
KAPAN EKSPEKTASI MENJADI BURUK?
Ekspektasi akan menjadi buruk
ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan tersebut. Apalagi jika kita sudah berharap terlalu banyak. Berbagai macam
faktor bisa menjadi penghalang, mungkin memang dari diri kita sendiri yang kurang
maksimal. Kekecewaan akan menjadi hasil akhir dari tidak terpenuhnya ekspektasi
ini.
Kekecewaan ini akan menjadi
semakin lebih buruk saat kita sudah memberikan yang terbaik, tapi orang lain
atau lingkungan sekitar tidak mendukung dalam pemenuhannya. Kita merasa bahwa
hanya kita sendiri yang berjuang, kita merasa semua yang telah kita lakukan
adalah sebuah hal yang sia-sia. Di saat seperti ini, ekspektasi memakan semua
keyakinan yang telah kita bangun selama ini.
Biasanya, dampak dari kekecewaan
ini adalah emosi pada diri sendiri. Kita akan merasa kesal pada diri kita,
mungkin sampai bertanya mengapa sejak awal diri ini membentuk ekspektasi? Pasti
akan ada juga pemikiran, alangkah lebih baik kita tidak perlu lagi berekspektasi
untuk apapun dan pada siapapun. Pikiran tersebut tidak salah, itu
merupakan hal yang wajar sebagai sebuah luapan dari kekecewaan.
Segala yang kurang tidak baik, begitu pula yang terlalu berlebihan juga tidak baik. Oleh karena itu, tetaplah berekspektasi dengan tahu batasannya, ekspektasi ini tetap harus ditanamkan dalam diri sebagai sebuah pondasi agar hidup kita memiliki goals dan dapat memberikan yang terbaik. – ya, setidaknya ekspektasi
untuk diri sendiri dulu saja.
No comments:
Post a Comment
What's your opinion?