Saturday, February 23, 2019

550 KM MENUJU KESEJAHTERAAN


Ini adalah sepenggal cerita dari sisi satu orang guru honorer saat Hari Buruh 2018 lalu. Jika biasanya media hanya memberitakan mengenai keseluruhan demonstrasinya, ini adalah sedikit sisi lain dari 'buruh' yang turut berjuang menuntut kesejahteraan.

Waktu menunjukkan pukul 08.00, terik matahari mulai terasa menyengat ke tubuh. Namun, hal tersebut tidak memadamkan suara teriakan semangat dari ribuan orang agar dapat memperoleh kesejahteraannya. Tampak dari arah belakang Monas, mulai datang satu rombongan baru berseragam cokelat.

Rombongan tersebut merupakan rombongan guru honorer yang berasal dari Yogyakarta. Saat mereka sampai di daerah Patung Kuda Arjuna Wiwaha, terlihat dua orang laki-laki yang memegang spanduk rombongan disuruh oleh wanita berbaju hitam yang berperan sebagai koordinator lapangan yang berasal dari Konfederasi Rakyat Pekerja Indonesia (KRPI) untuk bergabung ke barisan depan. Barisan tersebut akan berjalan menuju ke Istana Merdeka.

Tidak hanya satu wanita itu saja yang berperan sebagai koordinator lapangan, tampak pula dua orang wanita lainnya serta satu orang laki-laki di atas truk berteriak dengan lantang yang dibantu dengan toa untuk meneriakkan tuntutan para buruh Indonesia. Terlihat pula satu wanita yang tidak asing wajahnya di dunia pertelevisian Indonesia turut berdiri di sana, Rieke Diah Pitaloka yang terkenal sebagai aktivis buruh juga turut menyemangati suasana.

Hari itu, 1 Mei; merupakan hari sakral bagi mereka para buruh karena di saat itulah mereka menyuarakan aspirasi untuk memperoleh apa yang mereka harapkan kepada pemerintah. Penyuaraan tuntutan yang sudah dimulai sejak pukul enam pagi tersebut dihadiri 50.000 buruh dari berbagai kota di Indonesia seperti Serang, Yogyakarta, dan Maluku.

Terlihat banyak buruh membawa spanduk dengan tulisan-tulisan seperti “HAPUS OUTSOURCING”, “TOLAK UPAH MURAH”, “REVISI UU ASN”, dan masih banyak lagi. Sering terdengar teriakan dari korlap yang memanggil petani, pegawai negeri sipil (PNS) dan guru honorer, dan lainnya untuk menyemarakkan suasana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00, barisan yang sudah disiapkan sejak pagi mulai berjalan pelan dipandu oleh korlap yang berdiri di atas truk. Tidak ketinggalan, laki-laki berseragam cokelat tersebut dengan semangat mengikuti aksi long march tersebut. Tidak tampak raut wajah lelah dari laki-laki bernama Supardi ini.

Pardi, begitu sapaannya merupakan salah satu guru honorer yang berasal dari Yogyakarta. Ia telah bekerja selama 2,5 tahun dan dia berharap bahwa usahanya datang ke Jakarta sejak malam hari hingga subuh ini dapat terbayarkan dengan kesejahteraan dari pemerintah Indonesia.

Perjalanan diiringi dengan yel-yel serta permainan perkusi dari beberapa buruh membuat semarak sehingga orang-orang seakan lupa dengan teriknya panas matahari. Harapan menuju ke Istana Negara sempat terhambat karena aparat negara seperti Polri dan TNI menutup jalan di depan mintu masuk Monas sehingga korlap harus menghentikan truk di depan Radio Republik Indonesia (RRI) yang berada di dekat Monas.

Pardi dan kawan-kawan buruh lainnya duduk menunggu di jalanan selagi korlap hari buruh ini mencoba untuk bernegosasi dengan pihak kepolisian agar kawat duri yang dipasang dapat dibuka dan anggota polisi maupun TNI yang berdiri tegap menutup jalan dapat minggir.

Setelah beberapa waktu, jalanan dibuka hingga para buruh dapat melanjutkan perjalanan ke daerah Monas. Pardi dan buruh lainnya bergegas berdiri dan melanjutkan perjalanan, harapan laki-laki berusia 37 tahun itu masih dapat disampaikan kepada pemerintah Indonesia. Ia masih berharap perjalanan sepanjang 550 km-nya dapat menjadikan dia sebagai pegawai negeri sipil (PNS) agar kesejahteraannya lebih terjamin.

Gaji yang didapatkan per bulan hanya kurang dari satu juta rupiah membuat lelaki yang memiliki dua anak ini cukup kesulitan untuk menghidupi keluarganya di Yogyakarta mengingat susu formula untuk anak juga cukup mahal. Pardi berharap dengan diangkatnya guru honorer menjadi PNS dapat memberikan kesejahteraan lebih karena gaji guru PNS terendah saja Rp 1.486.500,- dan belum termasuk tunjangan.

Tidak meningkatnya gaji guru honorer ini membuat Pardi berniat untuk jauh-jauh menempuh perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta agar presiden dapat tahu kesulitan yang dihadapi oleh buruh Indonesia. Namun, harapan seluruh buruh untuk dapat berjalan ke Istana Negara tidak dapat terpenuhi karena hanya salah satu pihak dari persatuan para buruh yang dapat melakukan aksi demonstrasi ini ke Istana Negara.

Pardi dan kawanan buruh lainnya yang memiliki berbagai pekerjaan yang berbeda seperti bidan, dosen, petani, kurir pos, dll yang tidak dapat ikut ke Istana Negara hanya dapat menunggu di sekitaran Monas sembari beristirahat dan makan siang dari beberapa jajanan yang dijajakkan oleh pedagang kaki lima (PKL) yang berada di lingkungan sekitar.

Meskipun mayoritas tidak dapat ikut ke Istana Negara, harapan para buruh di tahun 2018 seperti penurunan harga beras, listrik, & BBM; tolak upah murah dan cabut PP No. 78 tahun 2018; tolak tenaga kerja buruh kasar asal China dan hapus Perpres No. 20 tahun 2018 tentang TKA; serta hapus outsourcing dapat dikabulkan.

Pardi dan para buruh lainnya hanya berharap satu hal dari semua tuntuan tersebut, KESEJAHTERAAN.

No comments:

Post a Comment

What's your opinion?