Wednesday, March 6, 2019

ANAK RANTAU

Anak rantau....
Anak yang meninggalkan kota kelahirannya untuk menggapai cita-cita, mulai dati pergi kuliah hingga bekerja.
Rumah, keluarga, teman; semuanya ditinggalkan dengan harapan bisa mendapat masa depan yang lebih baik. Tentunya tidak mudah melakukan semua itu.

Kebiasaan di rumah yang selalu disediakan apa saja, saat menjadi anak rantau yang tinggal sendiri, semuanya harus menyiapkan segala sesuatunya sendiri.
Makanan yang biasanya sudah terhidang di meja makan, saat menjadi anak rantau harus mencari atau memasak makanan sendiri.
Suasana rumah yang nyaman, berubah menjadi sepetak ruangan.
Lingkungan yang ramai dengan penuh sapa serta canda tawa, sekarang menjadi ramai hanya karena padatnya penduduk.
Kamar yang biasanya dibersihkan oleh orang lain, sekarang harus membersihkannya sendiri.
Keuangan yang dulu tidak perlu dipusingkan, sekarang harus mengatur keuangan sendiri. Jika salah perhitungan, bisa melarat di akhir bulan.

Jika dulu ada yang mengingatkan untuk makan, sekarang harus ingat untuk jaga diri sendiri–agar orang di rumah juga tidak khawatir.
Jika dulu ada yang membangunkan untuk pergi sekolah, sekarang harus sadar bahwa tidak selamanya kita bisa bergantung pada orang lain.
Jika dulu ada yang memarahi jika bermalas-malasan, sekarang harus tahu diri bahwa malas bisa menghancurkan masa depan.

Semuanya berubah, dan hal ini membuat anak rantau menjadi lebih mandiri.

Kehidupan sebagai anak rantau hanya sebagai pintu untuk membuat kita melihat bahwa dalam dunia ini kita harus berusaha semaksimal mungkin agar dapat bertahan hidup. Ditambah dengan bantuan teknologi, niscaya kesulitan akan lebih mudah teratasi.

Sebagai anak rantau, ingatlah bahwa orang di rumah dan kampung halamanmu berharap besar kepadamu. Semua berharap bahwa kau dapat menjadi anak yang lebih sukses dan lebih baik. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhanmu di sini. Oleh karena itu, kita jangan terlena dengan rasa malas serta sepi, justru kita harus membuktikan bahwa kita mampu membayar kerja keras orang di kampung halaman sana.

No comments:

Post a Comment

What's your opinion?